Sabtu, 06 Oktober 2012

HMI Godok Puluhan Kader

Thursday, 27 Sep 2012 | 22:10:10 WIB
 
RANGKASBITUNG,(KB).-
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Lebak menggelar basic training (kader 1) untuk menyinergiskan kader HMI dalam upaya membangun karakter bangsa, di Ponpes Wasilatul Makiyah, Desa Ciuyah, Sajira, (27-29/9).
Ketua HMI cabang Lebak, Abdul Rohman mengatakan agenda pelatihan tersebut selain bagian dari kaderisasi organisasi juga untuk memantapkan kader agat tetap utuh dan solid menyuarakan aspirasi sesuai dengan jati diri HMI. HMI tidak akan tinggal diam ketika melihat, mengetahui dan menyaksikan kedoliman di masyarakat.
"Kami sebagai organisasi mahasiswa Islam selalu konsisten menjalankan roda organisasi. Kami tidak akan terpecah belah dan kami tetap hadir sebagai organisasi mahasiswa Islam berpegang teguh pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi,"ujarnya.
Deklarator Gerakan Moral Lebak Madani, Ir. Iman Solichudin, yang hadir sebagai pembicara, mengapresiasi kegiatan itu yang dinilainya sejalan dengan ciri khas HMI sebagai organisasi kader yang pekat dengan islamisasi, dan keilmuan.
“Kami berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam menyemangati gerakan Lebak berfikir, seperti yang sedang dirumuskan oleh gerakan moral,” ujar Iman.
Sementara itu, ketua pelaksana kegiatan, Erik Rianto menyatakan kegiatan pelatihan diikuti sebanyak 70 peserta yang merupakan kader-kader terbaik HMI.
”Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan jiwa kaderisasi HMI yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai organisasi sesuai aturan berlaku di HMI, serta mencetak para kader HMI yang memiliki jiwa dan semangat juang tinggi dengan mengedepankan kepentingan masyarakat,"katanya. (H-20)*** 

 http://kabar-banten.com/news/detail/6896

 

SIMULASI AKSI KADER BARU HMI ( Langsung Terjun)

Aksi HMI di Gedung Dewan



RANGKASBITUNG,(KB).-
Para aktivis dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) persiapan Cabang Lebak berunjuk rasa di depan gedung DPRD Lebak, Senin (1/10) sekitar pukul 09.00 WIB.
Dalam orasinya mereka menyatakan sikap prihatin terkait masih lemahnya pelayanan dasar hak publik di Kabupaten Lebak, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan.
Pada aksi kali ini yang berkaitan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila, yang dilakukan puluhan aktivis, mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat.
Koordinator aksi, Arif menyatakan, pelayanan sarana pendidikan untuk masyarakat di Kabupaten Lebak masih sangat jauh dari yang di amanahkan Undang-undang 1945. Indikasinya setiap kebijakan menyangkut program pendidikan masih saja tidak mulus dan selalu ada kejanggalan di masyarakat.
Padahal jelas, pemerintah pusat dan daerah telah mengalokasikan anggaran pendidikan cukup besar untuk menggratiskan biaya pendidikan. Kejanggalan-kejanggalan ini terjadi karena masih saja ada pihak-pihak yang selalu mencari celah menjadikan sektor pendidikan sebagai lahan proyek.
“Benahi dunia pendidikan yanga ada di Kabupaten Lebak. Jangan jadikan program pendidikan sebagai lahan proyek, tingkatkan mutu pendidikan peserta didik, karena orang miskin masih banyak yang dilarang sekolah gara-gara sistem dunia pendidikan yang amburadul,” papar Arif.
Ketua HMI Abudurohman mengatakan warga miskin masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu hak dasar masyarakat. Ia menilai masih terjadi pilih bulu dalam pelayanan kesehatan. Karena itu, pihaknya meminta pemerintah agar meningkatkan pelayanan kesehatan.
“Pendidikan dan kesehatan masih berpihak kepada orang kaya. Sementara orang miskin dilarang untuk sekolah. Kami minta jangan pilih bulu terhadap pasien, dan tingkatkan pelayanan RSUD dr. Adjidarmo,” katanya.
Aksi mereka disambut Ketua Komisi B DPRD Lebak Pipit Candra bersama anggotanya, Hamdariah, Sirod, dan Oong Syahroni.
"Aspirasi ini adalah masukan dan kami atas nama Komisi B berjanji akan selalu mengutamakan aspirasi masyarakat soal pelayanan hak dasar masyarakat, bidang pendidikan dan kesehatan. Dua sektor ini adalah hak semua warga Negara Indonesia,"papar Pipit.
Pipit menilai aspirasi ini bagian dari input yang dapat mengingatkan semua pihak. Aspirasi ini tentu akan dijadikan bahan untuk diangkat ke agenda rapat dengan SKPD, khususnya yang membidangi pendidikan dan kesehatan.
Para aktivis, masyarakat dan semua pihak berhak melakukan pemantauan dan kontrol terhadap arah kebijakan bidang pendidikan dan kesehatan.
Melalui pengawasan bersama diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kedua bidang tersebut,” kata Pipit. (H-20)***

Minggu, 18 Maret 2012

LK I Hmi Lebak angkatan ke V



Menciptakan Insan Akademis Yang Mampu Bertranformasi Diri, Berahlak Dan Moralitas Tinggi”


Assalamualaikum Wr.Wb
Perkembangan dunia kemahasiswaan di Indonesia, khususnya dunia kemahasiswaan intra universitas, adalah suatu penomena luar biasa yang menarik untuk di telaah bersama, sekalipun kehidupan mahasiswa akhir-akhir ini selalu diliputi keprihatinan yang mendalam akibat pengaruh global yang bergitu besar yang hasilnya menjadikan Narkoba, Free sex, dan prilaku negatif lainnya marak dikalangan mahasiswa.selain itu hirup pikuk dunia kemahasiswaan Nasional kini sedang semarak oleh berbagai aktivitas dan gagasan-gagasan yang bahkan cenderung sangat radikal.

Dunia kemahasiswaan merupakan tahapan akhir bagi seorang anak manusia untuk menginvestasi diri dalam pranata pendidikan formal.Masuknya pengaruh Globalisasi terkadang cenderung mempengaruhi pola pikir dan prilaku para mahasiswa yang berakhir pada kehilangannya arah juangannya dan bahkan pedoman hidup dan jati diri. Globalisasi memang tidak untuk di hindari tapi permasalahannya “Apakah dengan keadaan tersebut mampu menjadikan mereka tampil sebagai calon-calon peminpin bangsa mendatang?”.
HMI Persiapan Cab.Kab Lebak mencoba mengangkat permasalahan tersebut pada Latihan Kader yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 Maret 2012 Mendatang. Dengan kesadaran bahwa dunia kemahasiswaan adalah tahapan akhir penggodokan Calon peminpin bangsa melalui jalur pendidikan formal terlepas itu berada di lingkup eks.universitas, Tapi HMI memiliki kewajiban untuk menciptakan strategi pembinaan dan melahirkan suasana kondusif dimana Globalisasi tidak menjadi ancaman dalam dunia kemahasiswaan dengan kesadaran bahwa tujuan utama pendidikan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa melalui peningkatan kualitas kecerdasan/Keilmuan, Peningkatan Kualitas budi luhur/Religiusitas, serta meningkatkan semangat dan komitmen kebangsaan. selanjutnya dengan diadakannya LK 1, HMI Persiapan Cab.Lebak diharapkan bisa menciptakan Insan akademis yang mampu bertransformasi diri, berahlak dan bermoralitas tinggi. sehingga dengan demikian globalisasi tidak lagi menjadi ancaman bagi dunia kemahasiswaan khususnya di Kab.Lebak yang memang pada saat ini sedang berada dalam proses penyesuaian dan perkembangan. Sehingga kesadaran akan jatidiri dan hakekat mahasiswa sebagai Insan religius, Insan akademisi, Insan sosial dan Insan mandiri kembali tumbuh pada para mahasiswa dan khusunya kader-kader HMI. Sehingga dengan demikian dipastikan mahaiswa sebagai calon intelektual dan peminpin bangsa bisa lebih arif menyikapi setiap situasi yang berkembang dan setiap pengaruh baru yang datang menjadi acuan untuk mentransformasi diri kearah yang tentunya lebih baik.

Akhirnya semoga pengkaderan yang akan segera dilaksanakan tersebut mampu berjalan dengan lancar selaras dengan tujuan utama HMI yaitu“Terciptanya Insan akademisi, Penciptaan dan Pengabdian yang bernapaskan Islami dan bertanggung jawab atas terwujudnya Masyarakat adil dan makmur yang dirido’i Allah SWT”. Yakini dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal, YAKIN USAHA SAMPAI.
Wassalamualaikum Wr.wb




Lebak, 10 Maret 2012
Panitia LK 1 HMI Persiapan Cab.lebak

HISTORY HMI

Himpunan Mahasiswa Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari HMI)
Himpunan Mahasiswa Islam
Lambang HMI.jpg
Lambang Himpunan Mahasiswa Islam
Singkatan HMI
Pembentukan 5 Februari 1947 M / 14 Rabiul Awal 1366 H
Jenis Organisasi Kemahasiswaan, Organisasi Pengkaderan dan Perjuangan
Tujuan Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata'ala.
Kantor pusat Jakarta, Indonesia
Bahasa resmi Indonesia
Ketua Umum Pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam Noer Fadjriansyah (HMI DIPO)
Alto Makmuralto (HMI MPO)
Situs web http://www.hmi.or.id (HMI DIPO)
http://www.pbhmi.net (HMI MPO)

Himpunan Mahasiswa Islam (disingkat HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta.

Sejarah

Sebelum Lahirnya HMI

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan seluruh mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajahmada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta selalu berbau Kolial Belanda. Sering pesta dengan poloniase, dansa serta minum-minuman keras.
Oleh karena Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibukota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis, pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi, pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah dan PNI, pimpinan Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang, pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi, pihak oposisi pada perjuangan bersenjata melawan [[[Belanda]].
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalu mereka inilah Partai Sosialis mencoba mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealis tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern yang kemudian pada tanggal 21 Juli 1947 terjadilah yang dinamakan Agresi Militer Belanda I. Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, namun selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.

Awal Berdirinya HMI

Himpunan Mahasiswa Islam di prakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia (UII)). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernafaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanda undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan : "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, namun beliau menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah :
  • Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan.
  • Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
  • Diantara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan :
  • Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan :
  • Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
  • Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.
Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut :
Ketua Lafran Pane
Wakil Ketua Asmin Nasution
Penulis I Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis II Karnoto Zarkasyi
Bendahara I Dahlan Husein
Bendahara II Maisaroh Hilal
Anggota Suwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Mansyur

HMI Desak BPN Bentuk Tim Khusu


SAJIRA, BP – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Lebak mendesak Badan Pertanahan Nasional (BPN) segera membentuk tim khusus terkait dengan hak guna usaha (HGU) lahan di Desa  Pajagan, Kecamatan Sajira.
Menurut pandangan HMI, di desa itu banyak lahan negara yang diterlantarkan dan diduga diperjualbelikan oleh oknum pengusaha yang sebelumnya memgang HGU perkebunan karet seluas 604 hektar.
“Rencananya 20 Maret nanti kami akan melakukan hearing dengan BPN. Kami akan BPN Kabupaten Lebak untuk segera membentuk tim khusus, terkait keberadaan tanah negara yang ada di  Desa Pajagan tersebut. Kami mendapat informasi bahwa tanah negara di desa itu banyak yang diperjualbelikan oleh pihak pemegang HGU tersebut, yaitu PT Candi Pura,” ujar Ketua HMI Kabupaten Lebak Abdul Rohman ketika menggelar pelatihan dasar anggota HMI di aula SKB Sajira, Jumat (16/3).
Untuk membela hak-hak rakyat itu lanjut Adul Rohman, pihaknya akan terus melakukan negoisiasi dengan BPN agar tanah yang selama ini diterlantarkan tersebut dapat segera dilakukan pelepasan hak dari HGU ke Hak Guna Garap (HGG).
“Tentunya ini sesuai dengan amandemen UU Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 dan PP Nomor 11 Tahun 2010 tentang tanah terlantar. Kami akan terus perjuangkan hak-hak warga Desa Pajagan dengan cara mendesak BPN Kabupaten Lebak,” katanya.(RIS/K-4)